Pengertian dan Gejala DBD

Pengertian dan Gejala DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus, untuk mencegah DBD ketahui terlebih dahulu gejala yang ditimbulkan. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus.

Ditandai dengan : demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan, termasuk uji Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100.000/µl ), hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa perbesaran hati.

Gejala klinik dari masing-masing Demam Dengue (DD), Demam berdarah Dengue (DBD), dan Sindrom Syok Dengue (SSD).

Demam Dengue (DD)

Gejala DBD klinis dapat berbeda tergantung usia dari pasien. Pada bayi dan anak usia muda mungkin menunjukkan demam yang tidak spesifik, sedangkan pada anak-anak yang lebih tua mungkin menunjukkan demam yang lebih ringan atau gejala klasik. Gejala klasik dari demam dengue antara lain demam tinggi mendadak, kadang kadang pola bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri otot, tulang, sendi, mual, muntah dan timbul ruam.

Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)

Ditandai dengan 4 manifestasi klinis

  • demam tinggi.
  • perdarahan, terutama perdarahan kulit
  • pembesaran hati (hepatomegali)
  • kegagalan peredaran darah

Selain 4 poin di atas gejala DBD adalah demam tinggi mendadak selama 2-7 hari, dengan muka kemerahan. Demam tinggi ini dapat menimbulkan kejang terutama pada bayi. Keluhan lain seperti anoreksia, nyeri kepala, otot, tulang dan sendi, serta mual dan muntah sering ditemukan. Biasanya juga ditemukan nyeri perut di epigastrium dan di bawah tulang iga. Pada beberapa penderita kadang mengeluh nyeri telan dengan faring hiperemis saat dilakukan pemeriksaan, namun jarang didapatkan batuk–pilek.

gejala dbd

Umumnya ditemukan petekie halus yang tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah dan palatum mole pada fase awal demam. Epistaksis dan perdarahan pada gusi lebih jarang ditemukan serta perdarahan pada saluran cerna kadang ditemukan pada fase demam.

Masa krisis terjadi pada akhir fase demam, dimana terjadi penurunan suhu tiba-tiba yang seringkali disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi beratnya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi ringan terjadi perubahan minimal dan hanya sementara, sedangkan pada kasus berat penderita dapat mengalami syok.

Sindrom Syok Dengue (SSD)

Syok biasanya terjadi saat atau segera setelah demam turun, yaitu antara hari ke 3-7. Penderita awalnya nampak letargi atau gelisah, kemudian jatuh dalam keadaan syok yang ditandai dengan kulit dingin, lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat lemah, tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Syok yang setelah demam turun dapat menjadi gejala DBD di tambah dengan tingkat kebersihan.

Kebanyakan pasien masih sadar walaupun sudah mendekati stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan yang adekuat biasanya syok dapat teratasi, namun bila terlambat dapat menimbulkan penyulit lainnya yang dapat memperburuk prognosis.

Penyulit lainnya antara lain: asidosis metabolic, perdarahan hebat saluran cerna, infeksi (pneumonia, sepsis, phlebitis), over hidrasi, gagal hati.

Derajat penyakit Demam Berdarah Dengue dapat diklasifikasikan dalam 4 derajat:

  1. DerajatI: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet.
  2. Derajat II: seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lainnya.
  3. DerajatIII: didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kaki dingin dan lembab dan tampak gelisah.
  4. Derajat IV: syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti, Aedes Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan faktor yang kurang berperan.

Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Viremia adalah keadaan dimana di dalam darah ditemukan virus. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur  berkembang biak dalam waktu 8-10 hari sebelum dapat di tularkan kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya.

Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-6 hari sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.

Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

Untuk memberantas penyakit DBD, seluruh masyarakat harus menjaga kebersihan agar rumah dan lingkunganya bebas dari nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes Aegypti suka berkembang di tempat penampungan air seperti bak mandi, bak WC, tempayan, drum dan barang barang yang memungkinkan air tergenang seperti tempat minum burung, pot tanaman air, vas bunga, ban bekas, kaleng-kaleng bekas, plastik bekas, tempurung kelapa dan lain lain yang dibuang sembarangan.

Dalam pemberantasan penyakit DBD ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularannya di tempat perindukannya dengan melakukan kegiatan 3M yaitu: mengubur, menutup dan mendaur ulang sampah.

cara menangani gejala dbd

Selain itu dengan cara:

  • Perlindungan diri. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk Aedes Aegypti dengan cara memakai lotion nyamuk, obat anti nyamuk bakar, maupun kelambu.
  • Pengendalian biologis. Upaya pengendalian biologis contohnya dengan memelihara ikan pemakan jentik.
  • Pengendalian dengan bahan kimia. Cara ini dapat dilakukan untuk nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk dewasa saat ini dilakukan dengan cara pengasapan (thermal fogging) atau pengagutan (colg Fogging = Ultra low volume). Pemberantasan nyamuk dewasa  tidak dengan menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying) karena nyamuk Aedes Aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu dan pakaian yang tergantung.
    Untuk pemberantasan larva dapat digunakan abate 1% SG. Cara ini biasannya digunakan dengan menaburkan abate ke dalam bejana tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah adanya jentik selama 2-3 bulan.

Faktor- faktor yang terkait dalam penularan DBD pada manusia :

1. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue. Daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah kejadian DBD, hal ini disebabkan oleh kemampuan jarak terbang nyamuk betina kurang dari 100 meter sehingga memungkinkan terjadinya penularan.

2. Kualitas perumahan
Kualitas perumahan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya DBD. Hal yang mempengaruhi antara lain : jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. 

Pengobatan

AGARILLUS HERBAL DRINK

Dengan kandungan antioksidan yang tinggi, membantu tubuh dalam mengatasi virus yang masuk ke dalam tubuh, menguatkan sisitem metabolisme tubuh dan mengembalikan kondisi tubuh ke arah perbaikan tubuh.

AGARILLUS DROP

Membantu meningkatkan daya tahan tubuh, menguatkan organ-organ tubuh dan memperbaiki sistim pembuluh darah yang terganggu karena pengaruh dari virus dengue yang masuk ke dalam tubuh.

MADU ROYAL JELLY

Membantu meningkatkan kinerja tubuh, menambah nutrisi tubuh terutama dalam kondisi adanya perdarahan yang disebabkan virus dengue.

Ditulis oleh:
dr. Ipak Ridmah Rikenawaty M.Si
Konsultan Kesehatan CV. Mutiara Berlian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2024 Agarillus by Mutiara Berlian